Custom Search

Senin, April 06, 2009

ANTIBIOTIK

Antibiotik

Antibiotik merupakan substansi yang dihasilkan oleh mikroorganisme, dalam konsentrasi rendah mampu menghambat pertumbuhan atau membunuh mikroorganisme lain. Setiap antibiotik mempunyai aktivitas penghambatan hanya terhadap golongan kuman spesifik, yang disebut spektrum penghambat.

Sampai saat ini telah ditemukan lebih dari 3000 antibiotik, namun hanya sedikit saja yang diproduksi secara komersil. Beberapa antibiotik telah dapat diproduksi dengan kombinasi sintetis mikroorganisme dan modifikasi kimia, antara lain golongan penisilin, sefalosporin, dihidrostreptomisin, klindamisin, tetrasiklin dan rifampisin. Bahkan ada yang dibuat secara kimia penuh, misalnya kloramfenikol dan pirolnitrin.

Mikroorganisme penghasil antibiotik meliputi golongan bakteri, aktinomisetes, fungi, dan beberapa mikroba lainnya. Kira–kira 70 % antibiotik dihasilkan oleh aktinomisetes, 20 % fungi dan 10 % oleh bakteri. Streptomyces merupakan penghasil antibiotik yang paling besar jumlahnya. Bakteri juga banyak yang menghasilkan antibiotik terutana bacillus. Namun kebanyakan antibiotik yang dihasilkan bakteri adalah polipeptid yang terbukti kurang stabil, toksik dan sukar dimurnikan. Antibiotik yang dihasilkan fungi padsa umumnya juga toksik, kecuali golongan penisilin.

Pada siklus hidupnya yang normal, organisme akan tumbuh dalam medium yang sesuai dan menghasilkan jumlah sel maximum, setelah itu berhenti pertumbuhannya, dan memasuki fase stasioner, akhirnya diikuti oleh kematian sel vegetatif atau pembentukan spora. Pada stedium ini, setelah sel-sel berhenti mambelah, metabolit sekunder mulai diproduksi. Metabolit sekunder mulai di produksi dalam jumlah besar dan kebanyakan disekresikan kedalam medium biakan. Kebanyakan antibiotik merupakan metabolit sekunder, tetapi ada antibiotik merupakan antibiotik primer, sehingga antibiotik terbentuk selama pertumbuhan organisme, misal populasi golongan ini paling aktif melakikan transformasi kimia. Populasinya biasanya jarang, tetapi akan tumbuh subur bila ditambah nutrien organik. Organisme ini melakukan fermentasi dengan cepat dan persediaan makanan cepat habis. Populasi organisme ini tetap besar bila persediaan nutrien masih ada dan cepat turun bila sumber makanan berkurang.

TETRASIKLIN

Tetrasiklin pertama kali ditemukan ole Lloyd Conover. Berita tentang tetrasiklin yang dipatenkan pertama kali pada tahun 1955. tetrasiklin merupakan antibiotika yang memberi harapan dan sudh terbukti menjadi salah stu penemuan antibiotik penting.

Antibiotik golongan tetrasiklin yang pertama ditemukan adalah klortetrasiklin yang dihasilkan dri streptomyces aureofciens. Kemudian ditemukan oksitetrasiklin dari streptomyces rimosus tetrasiklin sendiri dibuat secara sintetik dari klortetrasiklin, tetapi juga dpat diperoleh dari spesies streptomyces lain.

1. Mekanisme Kerja Tetrasiklin

Golongan tetrasiklin termasuk antibiotik yang bersifat bakteriostatik dan bekerja dengan jaln menghambatsintetis protein kuman. Golongan tetrasiklin menghmbat sintetis proten bakteripada ribosomnya. Paling sedikit terjadi dua proses dalammasuknya antibioika tetrasiklin ke dalam robosom bekteri grm negatif pertama yang disebut difusi pasif melalui kanal hidrofilik, kedu ialah sistem tranformasi aktif

Setelah nibiotika tetrasiklin masuk ke dalam robosom bakteri, maka antibiotika tetrasiklin berikatan dengan ribosom 30s dan menghalangi masuknya komplek tRNA-sam amino pada lokasi asamamino, sehingga bakteri tidak dapat berkembang biak

Pada umumnya efek mikroba antibiotik golongan tetrasiklin sama (sebab kerjanya sama), namun terdapat perbedaan kuantitatif dari aktifitas masing-masing derivat terhadap kuman tertentu hanya mikroba yang cept membelah yang dipengaruhi antibiotaka tetrasiklin.

2. Efek Samping dan Interksi Obat Tetrasiklin

Iritasi lambung pada pemberian oral.tromboflebitis pada pemberian injeksi (IV). Tetrasiklin terikat pada jaringan tulang yang sedang tumbuh dan membentuk kompleks. Pertumbyhan tulng kan terhambat sementara pada janin anak tiga tahun. Pada gigi susu atau tetap, tetrasiklin dapat berubah warna secara permnen dan cenderung mengalami karies.dapat menimbulkan suoerinfeksi oleh kumn resisten dn jamur, dengan gejala adalah diare akibat terganggunya keseimbangan flora normal dalam usus. Absorsi tetrasiklin dihambat oleh antasida, susu, koloidal bismuth, fenobarbital, fenitoin dan karbmazepin sehingga mengurngi kadar daladarah karena metabolismenya dipercepat.

3. Penggunaan Klinik Tetrasiklin

§ Tetrasiklin

Tetrasiklin terutam digunakan untuk pengobatan acn vulgaris dan rosacea. Tetrasiklin juga dapat digunakan untuk pengobatn infeksi pada saluran pernafasan, sinus, telinga bagian tngah, saluran kemih, usus dua belas jari dan gonore.

§ Dosisiklin

Kegunaan doksiklin selain seperti tetrasiklin juga digunkan untuk pencegahan pada infeksi antraks. Dan digunakan untuk pengobatn dan pencegahan malaria, serta perawatan infeksi kaki gajah.

§ Oksitetrasiklin

Oksitetrasiklin brgun dalam pengobatan infeksi karena ricketsia dan klamidia, pada saluran nafas, saluran cerna, kulit dan jringan lunak dan infeksi karena hubungan kelamin.

§ Minosiklin

Minosiklin digunakan untuk mengobati infeksi bakteri seperti Pneumonia dan infeksi saluran nafas lain, jerawat dan infeksi kulit, kelamin dan saluran kemih. Minosiklin jaga dapat membunuh bakteri dari hidung dan tenggorokan anda yang dapat menyebabkan meningitis.

4. Sediaan Antibiotik Tetrasiklin Di Pasaran

§ Tetrasiklin dipasaran dalam bentuk kapsul dengan kandungan 250 mg dan 500 mg. juga ada yang dalam bentuk buffer untuk mengurangi efek sampingnya mengiritasi lambung.

§ Doksiisklin

Doksisiklin di pasran tersedia dalam bentuk sediaan tablet dan kapsul dengan kandungan 50 mg dan 100 mg.

§ Oksitetrsiklin

Oksitetrasiklin dipasaran tersedia dalam bentuk kapsul dengan kandungan 50 mg dan 100 mg.

VANKOMISIN

Antibiotik glikopeptida dihasilkan oleh streptomyces orientalis (1955). Berkhasiat bakterisid terhadap kumab gram-positif aerob dan anaerob, termasuk Stafilokok yang resisten terhadap metisilin (MRSA). Daya kerjanya berdasarkan penghindaran pembentukan peptidoglikan. Penting sekali sebagai antibiotikum terakhir pada infeksi parah oleh kuman-kuman tersebut jika obat lain tidak ampuh (lagi)! Cbat ini juga digunakan bila terdapat alergi untuk penisilin/sefalosporin. Penggunaan lainnya adalah pada colitis tretentu akibat terapi dengan antibiotika (antara lain linkomisin dan klindamisin) dan pada radang mukosa usus (enteritis) akibat stilokok. Di AS sering kali ditambahkan pada makanan ternak guna menstimulasi pertumbuhannya dengan akibat timbulnya benyak kasus resistensi pada manusia (N Engl J Med 1999;340:556-7).

Resorpsi dari usus sehat sangat buruk, pada enteritis lebih baik. Kadar terapeutis dicapai dalan a.l cairan pleura (selaput dada), urat sendi (synovia) dan kemih. Plasma-t½nya 5-11 jam. Ekskresinya berlangsung 80% melalui kemih.

Efek sampingnya berupa gangguan fungsi ginjal, terutama pada penggunaan lama dengan dosis tinggi, juga neuropati perifer, reaksi alergi kulit, mual dan demam. Kombinasinya dengan aminoglikosida meningkatkan resiko nefro dan ototoksisitas.

Kehamilan dan laktasi. Tidak terdapat cukup data untuk penggunaan selama kehamilan. Vankomisin mencapai air susu ibu.

Dosis: infeksi darah i.v (infus)1 gr dalam 200 ml larutan NaCl 0,9% (atau glukosa 5%) setiap 12 jam dengan jangka waktu minimal 2 jam. Oral pada colitis pseudomembr. 4 dd 125-500 mg selama 7-10 hari, pada enteritis 4 dd 500 mg selama 3-5 hari.

Vancomysin bekerja dengan membunuh atau menghentikan perkembangan bakteri. Vancomycin digunakan untuk mengobati infeksi pada beberapa bagian tubuh. Kadangkala digabung dengan antibiotik lain. Vancomycin juga digunakan untuk penderita dengan gangguan hati (mis demam rematik) atau prosthetic (artificial) hati yang alergi dengan penisilin. Dengan kondisi khusus, antibiotika ini juga dapat digunakan mencegah endocarditis pada pasian yang telah melakukan operasi gigi atau operasi saluran napas atas (hidung atau tenggorokan).

Vancomycin diberikan dalam bentuk injeksi untuk infeksi serius kalau obat lain tidak berguna. Walaaupun demikian, obat ini dapat menimbulkan beberapa efek samping yang serius, termasuk merusak pendengaran dan ginjal. Efek samping ini akan sering terjadi pada pasien berumur lanjut.

STREPTOMISIN (F.I)

Streptomisin, suatu aminoglikosida, diperoleh dari streptomyces griseus(1944), sedangkan kanamisin dari Str. Kanamyceticus. Senyawa ini berkhasiat bakterisid terhadap banyak kuman gram-negatif dan gram-positif, termasuk M. tubercolosis dan beberapa M. Atipis. Streptomisin khusus aktif terhadap mykobakteria ekstraseluler yang sedang membelah aktif dan pesat (misalnya di dalam caverne). Mekanisme kerjanya berdasarkan penghambatan sintesa protein kuman dengan jalan pengikatan pada RNA ribosomal. Kedua antibiotika ini toksis untuk pendengaran dan keseimbangan. Oleh karena ini sebaiknya jangan digunakan untuk jangka waktu lama, karena efek neurotoksis terhadap saraf cranial ke-8 dapat menimbulkan ketulian permanen.

Resorpsinya di usus buruk sekali, maka hanya diberikan sebagai injeksi i.m. sejak adanya obat-obatan ampuh lain, penggunaan streptomisin terhadap TBC paru telah jauh berkurang. Obat ini masih digunakan bersama dengan tiga obat lainya untuk TBC otak yang sangat parah (meningitis).

Dosis: i.m. 1 dd 0,5-1 g tergantung dari usia (garam sulfat) selama maksimal 2 bulan.

v Kanamisin (kanoxin) adalah derivat (1958) dengan khasiat dan sifat yang sama dengan streptomisin. Obat ini jarang digunakan lagi pada TBC.

Dosis: i.m/ i.v 15 mg / kgdalam 2-3 kali (garam sulfat) setiap hari atau 2-4 × seminggu, maksimal 1 gr sehari.

Streptomisin diperoleh dari streptomyces griseus oleh Waksman (1943) dan segera digunakan sebagai obat tuberkolosid. Penggunaannya pada terapi TBC sebagai obat pilihan sudah lam terdesak oleh obat-obat primer lainnya berhubung toksisitasnya. Hanya bila terdapat resistensi atau intoleransi bagi obat-obat tersebut, streptomisin masih digunakan.

Resorpsinya dari usus praktis nihil, distribusinya ke jaringan dan CCS buruk, tetapi dapat melintasi plasenta. PP-nya k.i 1,35%, plasma-t½nya 2-3 jam, ekskresinya lewat ginjal rata-rata 60% dalam bentuk utuh.

Efek sampingnya terhadap ginjal dan organ pendengaran merupakan hambatan serius, ketulian sering kali tidak reversible pada anak-anak kecil dan orang di atas usia 40 tahun.

Dois: TBC, i.m tergantung dari usia 1 dd 0,5 -1 gr selama maksimal 2 bulan, selalu dikombinasi dengan obat-obat lain. Pada sampar (pest/plague, disebabkan oleh yersinia pestis) i.m. 1 dd 1-2 gr.

Pemerian:Zat padat warna putih atai hampir putih,tidak berbau atau

Berbau lemah.rasa agak pahit.

Sediaan :Streptomycini Sulfatis Injectio

RIFAMPISIN

Antinbiotik ini adalah derivat semi-sintetis dari rifampisin B (1965) yang dihasilkan oleh Streptomyces mediterranei, suatu jamur tanah yang berasal dari Perancis selatan. Zat yang berwarna merah-bata ini bermolekul besar dengan banyak cincin (makrosiklis). Rifampisin berkhasiat bakterisid luas fase pertumbuhan M. tuberkulosae dan M. leprae, baik yang berada diluar maupun di dalam sel. Juga mematikan kuman yang “dormant” selama fase pembelahannya yang singkat. Maka sangat penting untuk membasmi senua basil guna mencegah kambuhnya TBC.

Rifampisin juga aktif terhadap kuman gram-positif lain dan kuman Gram-negatif (a.l. E. colli, Klebsiella, suku-suku proteus dan Pseudomonas), terutama terhadap stafilokok, termasuk yang resisten terhadap penisilin. Terhadap kuman yang terakhir, aktivitasnya agak lemah. Mekanisme kerjanya nerdasarkan pelintang spesifik dari suatu enzim bakteri RNA-polymerase, sehingga sintesa RNA terganggu.

Penggunaannya pada terapi TBC pun sangat dibatasi oleh harganya yang cukup mahal. Manfaat utamanya terletak pada terapi yang dapat dipersingkat dari k.l. 2 tahun hingga 6 – 12 bulan. Rifampisin juga merupakan obat pilihan pertama terhadap lepra dan sebagai obat pencegah infeksi menigococci pada orang yang berhubungan dengan pasien meningitis. Begitu pula sangat efektif terhadap gonore (lebih kurang 90%).

Resorpsinya di usus sangat tinggi; distribusinya ke jaringan dan cairan tubuh juga baik, termasuk CCS. Hal ini nyata sekali pada pewarnaan jingga/merah dari air seni, tinja, ludah, keringat dan air mata. Lensa kontak (lunak) juga dapat berwarna permanen. Plasma-t½-nya berkisar antara 1,5 sampai 5 jam dan meningkat bila ada gangguan fungsi hati. Di lain pihak masa paruh ini akan turun pada pasien yang bersamaan waktu menggunaan INH. Di hati terjadi desasetilasi dengan kegiatan antibakteriil. Ekskresinya khusus melalui empedu, sedangkan lewat ginjal berlangsung secara fakultatif.

Efek sampingnya yang terpenting tetapi tidak sering terjadi adalah penyakit kuning (icterus), terutama bila dikombinasi dengan INH yang juga agak toksis bagi hati. Pada penggunaan lama dianjurkan untuk memantau fungsi hati secara periodik. Obat ini agak sering juga menyebabkan gangguan saluran cerna seperti mual, muntah, sakit ulu hati, kejang perut dan diare, begitu pula gejala gangguan SSP dan reaksi hipersensitasi.

Interaksi. Rifampisin mempercepat perombakan obat lain bila diberikan bersamaan waktu dengan jalan induksi enzim (sistem-mikrosomal P450) dalam hati. Akibatnya BA diturunkan, misalnya dari klaritromisin dan penghambat protease (obat AIDS). Kadar darah dari obat-obat ini dapat menurun sampai 80%, yang dapat mengakibatkan pembentukan resistensi cepat dari HIV. Obat lain yang dipercepat metabolismenya adalah antikoagulansia, sehingga harus dinaikkan dosisnya. Pil anti hamil menjadi tidak terjamin lagi efeknya, karena rifampisin mempercepat katabolisme dari berbagai zat steroid. Resistensi dapat terjadi dengan agak cepat.

Kehamilan. Pada umumnya rifampisin dapat diberikan pada wanita hamil. Penggunaan pada minggu-minggu terakhir kehamilan dapat menimbulkan perdarahan postnatal pada ibu dan bayi. Untuk pencegahannya dapat diberikan fitomenadion (vitamin K). rifampisin mencapai air susu ibu, namun ibu diperbolehkan menyusui bayinya.

Dosis pada TBC oral 1 dd 450-600 mg sekaligus pagi hari sebelum makan, karena kecepatan dan kadar resorpsi dihambat oleh isi lambung. Selalu diberikan dalam kombinasi dengan INH 300 mg dan untuk 2 bulan pertama ditambah pula dengan 1,5 – 2 g pirazinamida setiap hari. Pada gonore oral 1 dd 900 mg sekaligus selama 2 – 3 hari; pada infeksi lain 2 dd 300 mg a.c. Profilaksis pada meningitis 2 dd 10 mg/kg/hari selama 2 hari.

· Rimactazial 225/200 = rifampisin 225 + INH 200 mg

· Rimactazid 450/300 = rifampisin 450 + INH 300 mg

· Rimcure 3-FDC = rifampisin 150 + INH 75 + pirazinamida 400 mg

· Rimstar 4-FDC = rifampisin 150 + INH 75 + pirazinamida 400 + etambutol 275 mg

Rifabutin (Mycobutin) adalah derivat (1995) dengan khasiat dan sifat mirip rifampisin. Obat ini terutama digunakan bila ada (multi) resistensi terhadap obat lain pada pasien HIV-positif dan selalu terkombinasi dengan minimal 2 obat TBC lainnya. Dengan rifampisin terhadap resistensi-silang. Rifabutin digunakan untuk profilaksis dan terapi dari infeksi M. avium complex (MAC) pada pasien dengan sistem-iimun menurun, misalnya pada penderita AIDS. Ternyata yang efektif sebagai profilaksis MAC adalah kombinasi rifabutin + azitromisin, dan kombinasi rifabutin + etambutol + klaritromisin.

Efek sampingnya yang paling sering terjadi mirip rifampisin dan berupa gangguan lambung-usus, reaksi kulit, kelainan darah dan hati, ada kalanya gejala influenza (demam, nyeri otot). Berlainan dengan rifampisin, rifabutin dapat menimbulkan artritis dan artralgia. Kombinasi rifabutin/rifampisin dengan klaritromisin dan penghambat protease (indinavir, ritonavir, saquinavir) sangat meningkatkan kadar rifabutin/rifamisin di dalam darah dengan peningkatan toksisitasnya. Oleh karena itu, dosis rifabutin (c.q. rifampisin) harus diparuh.

Dosis : TBC MAC oral 1 dd 300 – 600 mg dalam kombinasi dengan 2 dd klaritromisin 0,5 g dan etambutol 1 dd 150 mg. Profilaksis MAC : 1 dd 300 mg.

TETRASIKLIN HIDROKLORIDA

Tetrasiklin hidroklorida merupakan bahan antimikroba yang mempunyai spektrum luas selain sebagai antimikroba tetrasiklin mempunyai sifat antikollagenase dan dapat menghilangkan lapisan smir pada permukaan akar sehingga membantu terjadinya perlekatan jaringan ikat baru.Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan larutan tetrasiklin hidroklorida dengan konsentrasi yang dapat menghilangkan lapisan smir pada permukaan akar.Jenis penelitian yang digunakan adalah eksperimental laboratoris.Bahan penelitian utama adalah larutan tetresiklin hidroklorida 0,5%/A10%,permukaan akar yang telah di scaling dan root planting.Hasil penelitian uji hilangnya lapisan smir pada permukaan akar,menunjukkan terdapat perbedaan yang bermakna antara penberian larutan tetrasiklin dengan berbagai konsentrasi terhadap hilangnya lapisan smir(P<0.05).didapatkan>

Tetrasiklin adalah kelompok antibiotik berspektrim luas yang telah digunakan pada perawatan penyakit periodontal,dan tetrasiklin yang diletakkan langsung pada periodontal pocket efektif dalam menurunkan black pigmented bacteroides pads adult periodontitis(Goodson 1983).

POLYMYXINI B SULFAS

Polimiksina B sulfat adalah campuran garam sulfat anti mikroba yang dihasilkan oleh biakan pilihan Bacillus polymixa (familia Bacillaceae),atau yang dibuat dengan cara lain.

Pemerian :Serbuk warna putih sampai kuning gading,tidak berbau atau berbau khas lemah.

Kelarutan mudah laru dalam air; sukar larut dalam etanol (95 %) P. identifikasi A. kocok campuran empat bagian volume butanol P. 1 bagian volume asam asetat glasial P dan lima bagian volume air, biarkan memisah, pindahkan lapisan bawah kedalam cawan, letakan cawan dalam ruang kedap udara. Jika ruang telah penuh dengan uap, gantungkan sebuah pita kertas sarimg, panjang lebih kurang lima cm yang telah ditetesi 5 ul larutan zat uji 1 % b/v.

Eluasi kertas dengan lapisan atas campuran selama lebih kurang 12 jam, keringkan pada suhu kamar.semprot dengan larutan ninhidrina P 0,1 % b/v dalam butanol P jenuh air, panaskan pada suhu 90º selam 5 menit; pada kertas hanya tampak satu bercak yang letaknya sesuai dengan bercak polimiksimi B sulfat PK yang dikerjakan dengan cara yang sama.

B. larutkan 5 mg dalam campuran 0,5 ml asam klorida P dan 0,5 ml air, panaskan pada suhu 125º dalam tabung tertutup kedap selama 2,5 jam; uapkan diatas tangas air hingga kering, lanjutkan pemanasan hingga bau asam klorida hilang, larukan sisa dalam 0,5 ml air. Pada sebuah pita kertas saring, panjang lebih kurang 55 cm totolkan 5 ul larutan yang mengandung leusina PK. Lakukan kromatografi menurut cara yang tertera pada identifikasi A.

Kromatogram zat uji yang telah terhidrolisa menunjukan bercak yang sesuai dengan bercak leusina, feniflamina dan treonina, tetapi tidak menunjukan bercak yang sesuai dengan bercak serina; terdapat juga bercak asam 1,3 diamino butirat yang mempunyai harga Rf 0,03.

C menunjukan reaksi sulfat yang tertera pada reaksi identifikasi. Keasam kebasaan Ph larutan 2,0 % b/v 5,0 sampai 7,0. Susut pengeringan tidak lebih dari 8,0 %; pengeringan dilakukan dalam hampa udara pada suhu 60º selama 3 jam. Sisa pemijaran tidak lebih dari 1,0 %.

Penetapan potensi lakukan penetapan menurut cara yang tertera pada penetapan hayati antibiotika. Batas keyakinan tidak kurang dari 95 % dan tidak lebih dari 105 % dari potensi yang diperoleh pada penetapan.

Potensi minimum potensi yang diperoleh pada batas keyakinan tertinggi tidak kurang dari 6000 UI per mg, dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan.

Potensi pada etiket potensi yang tertera pada etiket harus terletak antara potensi yang diperoleh pada batas keyakinan. Jika dimaksudkan untuk injeksi harus memenuhi syarat tambahan berikut:

Toksisitas abnormal memenuhi uji toksisitas abnormal yang tertera pada uji keamanan hayati. Sebagai dosis uji digunakan larutan 0,5 ml dalam larutan natrium klorida P yang mengandung zat uji yang setera dengan 1200 UI per ml.

Pirogen memenuhi uji pirogenitas yang tertera pada uji keamanan hayati. Sebagai dosis uji digunakan sejumlah zat uji yang mengandung tidak kurang dari 20.000 UI kg bobot kelinci yang dilarutkan dalam 1 ml larutan natrium klorida P.

Sterilitas memenuhi uji sterilitas yang tertera pada uji keamanan hayati. Penyimpanan dalam wadah tertutup baik, terlindung dari cahaya, jika dimaksudkan untuk injeksi, disimpan dalam wadah steril tertutup kedap.

Penandaan pada etiket harus juga tertera; 1. Jumlah UI per mg dalam wadah. 2. Untuk injeksi atau tidak. 3. Daluwarsa. Khasiat dan panggunaan Antibiotikum.

Diperoleh drii bacillus polymyx dan sering kali dikombinasikan dengan tetrasiklin, neomisin, dan basitrasin dalam salep (0,2%), tetes telinga tu mata Aktiviotasnya masih dinyatakan dalam kesatuan, karea belum dapat diisolasi secara murni: 1 mg polimiksin B=10.000 U.I.

v Otosporin adlahtetes kuping yang mengandung polimiksin-sulfas10.000U, neomisin sulfas 3.400 U dan hidrokokrtison 10 mg per ml.

v Kolistin (polimiksin E colistine)berasal dari bakteri aerobacillus colistinus (Jepag, 1957). Obat ini jarang digunakan per oral pada infeksi usus dengan kuman gram-negatif untuk terapi setemapt. Nefrotoksisitasnya lebih ringan dripadapolimiksin Dosis: Oral 3-4 dd 1-2 tb dari 1,5M (juta U.I).

VIOMYCINI SULFAS




Viomisina sulfat adalah garam sulfat antimikroba yang dihasilkan streptomyces griseus varpurpureus atau dengan cara lain yang cocok.

Pemerian serbuk putih atau hampir putih; tidak berbau atau hampir tidak berbau; rasa sedikit pahit. Agak higroskopis.

Kelarutan sangat mudah larut dalam air; sukar laru dalam etanol (95 %) P; hampir tidak larut dalam eter P.

Identifikasi A. serapan-1 cm larutan 0,0015 % b/v menunjukan maksimum pada lebih kurang 268,5 nm.

Lakukan kromatografi lapis tipis yang tertera pada kromatografi menggunakan selulosa serbuk sangat halus P sebagai zat serap dan campuran 60 bagian volume isopropanol P, 15 bagian volume etilmetilketon P dan 25 bagian volume asam klorida 1 N sebagai fase bergerak. Totolkan terpisah masing-masing 5 ul larutan berikut: Larutan (1) larutkan 5 mg zat uji dalam campuran 0,5 ml asam klorida P dan 0,5 ml air, panaskan dalam tabung tertutup rapat pada suhu 100º selama 16 jam, uapkan di tangas air hingga kering, lanjutkan pemanasan hingga bau asam klorida hilang, larutkan sisa dalam 1,0 ml air. Larutkan (2) buat menurut cara yang tertera pada larutan (1) menggunakan Viomisina sulpat PK.

Angkat lempeng, keringkan selama 15 menit dengan aliran udara dingin, kemudian selama 15 menit pada suhu 100º. Biarkan dingin, semprot dengan larutan kadmium dan nihdirin P, panaskan pada suhu 100º selam 30 menit. Bercak yang diperoleh dari larutan (1) sama dengan bercak yang diperoleh dari larutan (2).

Larutkan 50 mg dalam 10 ml air. Pada 5,0 ml tambahkan 1,5 ml larutan natrium hidroksida P, 5 ml larutan 1-nafthol P 0,1 % b/v dalam larutan natrium hidroksida P 0,5 % b/v dan 3 ml larutan natrium hopoklorid encer P; segera terjadi warna merah. Pada 5 ml yang lain tambahkan 1,5 ml larutan natrium hidroksida P dan larutan tembaga ( I ) sulfat P 0,5 % b/v tetes demi tetes, aduk tiap kali penambahan; terjadi warna violet pucat.

Menunjukan reaksi sulfat yang terkena pada reaksi identifikasi. Keasaman kebasaan dan kejernihan larutan PH, larutan kadar 100.000 UI per ml 4,5 – 7,0; larutan jernih.

Zat hipotensif memenuhi uji daya hipotensif yang tertera pada uji keamanan hayati; pengujian dilakukan menggunakan larutan kadar 3000 UI per ml.

Pirogen memenuhi uji pirogenitas yang tertera pada uji keamanan hayati, menggunakan zat uji 1000 UI per kg bobot kelinci yang dilarutkan dalam tidak lebih dari 5 ml air untuk injeksi.

Sterilitas memenuhi uji sterilitas yang tertera pada uji keaman hayati. Toksisitas abnormal memenuhi uji toksisitas abnormal yang tertera pada uji keamanan hayati, pengujian dilakukan menggunakan 1000 UI. Susut pengeringan tidak lebih dari 5,0 %; pengeringan dilakukan dalam hampa udara pada suhu 60º.

Penetapan kadar lakukan penetapan menurut cara yng tertera pada penetapan hayati antibiotika. Batas keyakinan tidak kurang dari 95% dan tidak lebih dari 105 % dari potensi yang diperoleh pada penetapan. Potensi minimum potensi yang diperoleh pada batas keyakinan tertinggi tidak kurang dari 700 UI per mg, dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan. Potensi pada etiket potensi yang tertera pada etiket harus terletak antara potensi yang diperoleh pada batas keyakinan.

Penyimpanan dalam wadah steril tertutup kedap. Penandaan pada etiket harus juga tertera :

1. Jumlah UI per mg dalam wadah.

2. Untuk injeksi

3. Daluwarsa

Khasiat dan penggunaan antibiotikum.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar